Tanya jawab tentang anak autis bersama dokter Apin ini berlangsung di tahun 2016. Saat itu saya tengah membaca majalah Ummi dan menemukan tanya jawab tersebut di sana. Lalu suatu ketika saat dokter Apin mengadakan sesi kelas melalui whatsapp group, beberapa kali ada juga ibu-ibu yang bertanya hal yang sama mengenai anak autis ini.
Sehingga saya pikir ada baiknya juga nih saya tuliskan di blog agar beberapa orangtua di luar sana yang belum mengenal atau belum sempat mengikuti sesi kelas bersama dokter Apin bisa mengambil manfaat dari rangkuman saya ini.
Tanya Jawab tentang Anak Autis bersama Dokter Apin
Sebenarnya ada banyak sekali (hingga 200 pertanyaan dan jawaban seputar autisme) namun dokter Apin (dr. Arifianto, Sp.A) mengambil poin-poin pentingnya saja dan yang dianggap sekiranya bisa mewakili pertanyaan dari ibu-ibu di seluruh Indonesia.
Pertanyaan :
Dok, anak saya berusia 2 tahun 2 bulan dan belum berbicara dengan jelas. Ada teman yang menyarankan memeriksakan anak saya karena khawatir autis. Tetapi saya masih ragu-ragu dan takut. Apa sih dok tanda-tanda anak autis yang bisa dilihat sebelum membawa ke dokter spesialis? Apa penyebab autis dan apakah bisa disembuhkan? – Susan, Palembang –
Jawaban :
Ibu Susan, perkembangan anak adalah hal yang kompleks dan tidak sama antara satu anak dengan anak lainnya. Makanya tidak ada satu patokan yang sama persis antara ranah perkembangan satu anak dengan anak lainnya. Yang ada adalah rentang perkembangan.
Ketika satu anak sudah mencapai kemampuan tertentu pada usianya, yang ternyata belum dicapai oleh anak lainnya, tetapi anak lainnya tersebut kelak mencapai kemampuan serupa. Tetapi di usia yang lebih tua, selama berada dalam rentang atau kisaran normal, maka dikatakan perkembangannya normal. Termasuk dalam hal kemampuan bicara seorang anak yang ibu tanyakan.
Apakah masih dalam kisaran perkembangan bicara normal atau sudah terlambat? Silakan konsultasikan dengan dokternya jika Ibu khawatir.
Tentang apakah anak terlambat berbicara atau masih normal, bisa dibaca di artikel sebelumnya ya teman-teman 🙂
Mengenai Autis (Autisme)
Mengenai autisme, sebenarnya berbeda dengan keterlambatan berbicara (speech delay).
Anak yang dianggap bicaranya terlambat, belum tentu ia mengalami autisme. Mungkin saja ia tergolong late talker (terlambat berbicara tapi perkembangan otaknya normal). Speech delay (ranah perkembangan lainnya bisa normal atau tidak) atau memang terlambat dalam semua ranah perkembangan (global developmental delay, termasuk ranah motorik kasar, halus, dan personal sosial).
Autisme adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi persepsi anak tersebut dalam menanggapi dunia (lingkungan) sekitarnya, dan kemampuannya berinteraksi dengan orang lain.
Orang-orang austistik melihat, mendengar, dan menanggapi dunianya berbeda dengan orang-orang lainnya. Kondisi ini berlangsung seumur hidup dan tidak bisa disembuhkan. Autisme adalah keadaan yang kompleks, dan tidak sama penanganannnya antara satu orang dengan orang lainnya.
Mendiagnosis autisme juga tidak mudah. Karena melibatkan konsultasi dengan beberapa ahli selain dokter spesialis anak. Yakni seperti psikiater dan atau psikolog, serta terapis wicara.
Mengingat karakter autisme berbeda antar-individu, maka kesimpulannya secara umum adalah : orang-orang yang mempunyai kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi sosial secara menetap (terus menerus), dan memiliki perilaku/kebiasaan, aktivitas, dan ketertarikan yang terbatas/monoton serta diulang-ulang/repetitif sejak usia kanak-kanak (balita) sehingga semua ini memengaruhi kemampuannya dalam menjalankan fungsi hidupnya sehari-hari, menjadi terbatas dan terganggu.
Mereka kesulitan menginterpretasikan bahasa verbal dan nonverbal yang disampaikan orang lain, seperti bahasa tubuh dan nada suara. Mereka sukar memahami ekspresi wajah, gurauan, maupun bahasa sarkasme.
Mereka berpikir lurus, yaitu apa yang orang ungkapkan adalah persis seperti yang diucapkan. Beberapa diantaranya sampai mengalami kesulitan bicara dan terbatas perbendaharaan bahasanya.
Sebagian lain mampu berbahasa dengan baik, tetapi sulit memahami maksud pembicaraan dengan orang lain.
Selain itu dalam interaksi sosial, orang-orang autistik sulit memahami emosi orang lain, sehingga tampak tidak sensitif, lebih senang menyendiri jika berada di tengah kumpulan banyak orang, tidak berusaha mencari kenyamanan dengan berinteraksi dengan orang lain, dan perilakunya menjadi terlihat aneh. Mereka juga punya perilaku repetitif, seperti selalu ingin menggunakan rute jalan yang sama setiap hari pulang-pergi ke sekolah, dan menginginkan menu makanan yang selalu sama.
Mereka kadang juga tidak siap dengan perubahan aturan di lingkungannya. Dalam hal sensorik, orang-orang autistik menjadi sangat sensitif atau sebaliknya kurang sensitif terhadap suara atau bunyi, sentuhan, rasa, bau, cahaya, warna, suhu, bahkan rasa nyeri. Suara atau bunyi yang pelan bagi orang lain, bisa dianggap sangat mengganggu bagi orang-orang autistik, sampai membuatnya cemas dan bahkan merasa kesakitan secara fisik.
Dan masih banyak lagi sebenarnya hal-hal yang bisa kita cari mengenai anak autisme dari berbagai sumber. Semoga artikel tanya jawab tentang anak autis ini bermanfaat ya! 🙂