Sebenarnya sudah lama sekali saya memendam marah, kesal, dan kecewa pada persoalan rokok di Indonesia ini. Tidak hanya karena anak-anak yang sudah mulai merokok bahkan ketika usianya masih 10 tahun. Namun juga pada persoalan perokok pasif dan tingkah laku perokok yang serba ajaib.
Kekesalan itu semakin menjadi-jadi ketika anak sahabat saya menderita TBC di usianya yang masih belum genap 4 tahun. Sebagai relawan penanganan TBC di kota tempat saya tinggal, tentu saya tahu betul kemungkinan-kemungkinan apa yang terjadi pada anak yang tinggal satu atap dengan perokok.
Asap rokok bukan hanya meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti kanker dan penyakit jantung. Penyakit menular yang menyerang sistem pernapasan seperti Tuberculosis (TBC atau TB) juga 9 kali lebih mudah menyebar jika di dalam satu keluarga ada yang merokok di dalam rumah.
Pakar kesehatan dari University State of San Diego Amerika Serikat, Prof Thomas E Novotny mengatakan hal itu dalam salah satu diskusi panel di Suntec Convention Center, Singapura. Diskusi tersebut digelar dalam rangkaian 15th World Conference on Tobacco or Health yang diikuti oleh sekitar 2.600 perwakilan dari berbagai negara.
“Oleh karena itu pengendalian tembakau merupakan elemen yang sangat kritis dalam pengendalian TB dan kesehatan paru-paru secara keseluruhan,” kata Prof Novotny dalam presentasinya di Singapura.
Belum usai berdamai dengan perasaan yang menyayat hati karena seorang batita harus menderita karena keegoisan perokok yang tinggal satu atap dengannya. Kini, setelah saya mengikuti webinar bersama Yayasan Lentera Anak melalui kanal Youtube mereka, hati saya semakin mendidih dibuatnya. Bagaimana tidak? Seorang anak kelas 5 SD sudah merokok dan membeli peralatan rokok elektrik sendiri!
Darurat Perokok Anak Itu Nyata di Depan Saya
Beberapa bulan yang lalu adik saya yang masih kelas 5 SD menerima sebuah paket. Setelah dibuka ternyata isinya seperangkat alat rokok elektrik. Ketika ditanya katanya itu milik temannya. Lalu beberapa bulan kemudian datang paket lagi dengan isi yang sama. Barulah adik saya mengaku bahwa itu miliknya. Harga rokok itu sekitar 500 ribu rupiah dan dibeli dengan hasil tabungan lebaran. (Pengakuan Ulfa, sang Kakak dalam webinar Yayasan Lentera Anak dalam rangka Hari Anak Nasional).
Memang sejak lama lingkungan di rumah Ulfa banyak sekali anak-anak yang mulai merokok di usianya yang masih kecil. Sebagai Kakak, Ulfa sudah mengajaknya untuk berdialog dan menasehatinya. Pun dengan orangtuanya, ngga kurang-kurang. Bahkan orangtuanya sempat menyita handphone milik adik Ulfa tersebut (karena sekolah online sehingga adiknya punya handphone sendiri).
Yang menjadi pertanyaan sebenarnya adalah : Darimana sebenarnya anak-anak tahu berbagai macam rokok bahkan rokok elektrik tersebut?
Tidak hanya dari iklan rokok di media elektronik tapi anak-anak cenderung melihat informasi soal rokok ini dari TikTok, Instagram, dan berbagai platform media sosial lainnya. Begitulah kurang lebih penuturan dua narasumber dalam webinar bersama Yayasan Lentera Anak tempo hari. Mereka bisa mengakses dengan mudah apa saja printilan yang dibutuhkan untuk rokok elektrik. Semua lengkap bisa diakses melalui media sosial hingga media elektronik.
Demikian juga saat seorang M (nama dan suara disamarkan pada saat webinar bersama Yayasan Lentera Anak). Ia mengaku bahwa anak-anak di sekitarnya (termasuk diirnya) biasanya membeli rokok dari uang saku yang diberi oleh orangtua mereka. Tak jarang uang saku yang diberi oleh orangtua habis dibeli untuk merokok.
Ketika M diwawancarai, apakah ia tak tahu bahaya merokok untuk kesehatan? M menjawab bahwa ia sebenarnya tahu. Namun semua itu tak bisa membuatnya berhenti merokok. Kebanyakan aktivitas merokok tersebut dilakukannya ketika diajak teman-temannya. Beberapa waktu M juga pernah mencoba untuk berhenti merokok, namun semua usahanya selalu gagal ketika berkumpul dengan teman-temannya lagi.
Kita tidak bisa menutup mata terhadap realita ini. Kita pun harus mengakui bahwa lingkungan di sekitar kita tidak sepenuhnya aman untuk anak-anak agar terhindari dari bahaya merokok, baik pasif maupun aktif. Kita tahu betul bahayanya, tapi kita hanya bisa melakukan tindakan preventif dan juga pengobatan atau terapi jika dibutuhkan.
Namun tetap saja kita tidak bisa menghentikan laju pendistribusian rokok yang begitu mudah di Indonesia. Anak-anak bebas keluar masuk mini market membeli rokok. Anak-anak bebas membeli peralatan rokok elektrik dari gawainya masing-masing tanpa takut ketahuan orangtua mereka.
Anak-anak itu bukannya tidak tahu bahayanya dan kita juga pasti tahu bagaimana cara mencegahnya. Namun, hal-hal seperti ini akan terus terjadi, berulang, menjadi lingkaran setan atau bahkan menjadi hal-hal yang dapat menghambat tumbuh kembang anak-anak Indonesia hingga bonus demografi di masa yang akan datang hanya akan menjadi impian.
Apa yang harus kita lakukan?
Surat dari Racun Untuk Anak-Anak Indonesia
Perkenalkan, namaku Racun. Aku ada di banyak tempat. Terutama makanan, minuman, dan terlebih rokok. Di tempat lain, seperti makanan dan minuman keberadaanku kerap diketahui. Akhirnya, orang-orang menjauhiku di sana. Tapi, aku tak kecewa karena aku bisa bersarang dengan nyaman di dalam rokok.
Bukan karena manusia tidak tahu keberadaanku di dalam rokok, bahkan mereka selalu diperingatkan setiap saat. Pada tiap bungkus rokok pun selalu tercantum peringatan tentang keberadaanku. Tapi aneh, manusia sepertinya tidak mau tahu. Seorang direktur yang memimpin perusahaan industri rokok pernah berceletuk,
“Rokok itu untuk konsumsi orang yang tidak pandai baca!”
Memang begitulah yang terjadi. Aku tetap menjadi santapan favorit. Penggemarku semakin lama semakin banyak saja jumlahnya.
Ada yang bertanya, “Apakah orang yang sudah telanjur menjadi penikmatku tidak bisa disembuhkan? Apakah mereka akan selamanya tertawan padaku?”
Sebenarnya masih bisa. Selalu saja ada kesempatan untuk meninggalkanku. Tapi, sepertinya mereka sudah lebih cinta pada diriku dibanding terhadap diri mereka sendiri. Itulah yang aku inginkan. Kalau saja mereka punya keinginan yang kuat dan kegigihan, pasti bisa. Prosesnya memang sulit. Akan ada perasaan tidak biasa jika tidak mengonsumsi rokok. Sama seperti rasa tidak nyaman ketika dulu awal-awal mereka menghisap rokok.
“All the beginning is difficult!” Mereka tahu kalimat ini, tapi mereka tidak sabar. Aneh, mereka bisa dan tetap berusaha membiasakan diri denganku. Namun sekarang mengapa mereka tidak mau memaksakan diri untuk meninggalkanku.
Seperti orang buta, penikmat rokok sudah tidak bisa melihat banyaknya kerugian yang bisa muncul akibat zat-zat berbahaya di dalam rokok. Seperti orang tuli, para penikmat rokok sudah tidak bisa mendengarkan nasihat-nasihat yang disampaikan. Mereka tuli dan buta, disebabkan oleh satu kata : candu!
Pudarnya Keteladanan; Akar Darurat Perokok Anak
Kalau seorang Ayah melihat anaknya yang masih belia merokok, apa yang akan ia lakukan? Marah? Pasti. Biasanya begitu kalau si Ayah masih memiliki pemikiran yang sehat. Namun, mengapa ia tidak merasa bersalah tetap merokok di depan anaknya? Itulah candu.
Kalau hal itu yang terjadi, tunggulah akibat terburuknya. Anak tidak akan pernah menjadikan ayahnya sebagai teladan. Anak tidak akan pernah mendengarkan apa yang diajarkan oleh anaknya. Ya, anak belajar tidak hanya melalui apa yang ia dengar, tapi juga melalui apa yang dia lihat bukan? Mungkin memang ketika dimarahi, si anak tadi akan menunduk ketakutan. Tapi, teman-teman perlu tahu bahwa ia tidak akan berubah. Ia hanya akan menyembunyikan perbuatannya kelak.
Sebagaimana yang terjadi pada kasus adik Ulfah yang diwawancari saat webinar bersama Yayasan Lentera Anak dalam rangka Hari Anak Nasional 2022 tentang Darurat Perokok Anak.
Lebih berbahayanya lagi, kepribadian si anak tadi akan terlatih menjadi seorang pendusta. Atau malah berusaha untuk menjadi seperti ayahnya yang perkataannya tidak sesuai dengan perbuatannya. Ia melarang, tapi tetap melakukan. Ia menjauhkan orang lain dari bahaya, tapi dia mendekatkan dirinya.
Kalau orangtua sudah tidak bisa menjadi teladan bagi anaknya, lalu siapa lagi yang diharapkan?
Apa Yang Terjadi Saat Ini Dalam Darurat Perokok Anak?
Angka perokok anak di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, dan kita tidak bisa menutup mata akan hal itu. Pada tahun 2013 prevalensi perokok anak mencapai 7,20 persen, kemudian naik 10,70 persen di tahun 2019 dan kemungkinan akan terus meningkat hingga tahun 2022 ini.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr M Adib Khumaidi, SpOT mengatakan tingginya jumlah perokok anak disebut karena adanya aturan yang belum tegas pada pembatasan konsumsi rokok. Jumlah tersebut tentu saja sangat besar dan Indonesia belum punya regulasi untuk mengendalikan konsumsinya.
Belum lagi prevalensi merokok di kalangan remaja dan dewasa yang juga terus mengalami kenaikan. Tingkat konsumsi rokok akan sejalan dengan kasus kematian tinggi disebabkan rokok baik konvensional maupun elektrik berdampak besar pada kesehatan. Tidak ada beda antara keduanya sebagaimana yang disebutkan oleh para perkok bahwa rokok elektrik punya bahaya yang lebih kecil daripada rokok konvensional versi mereka.
Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 -2024, Pemerintah menargetkan perokok anak turun menjadi 8,7% pada tahun 2024 dengan melakukan Revisi PP 109/ 2012 yang diamanatkan oleh Perpres No.18/2020.
Revisi PP 109/2012 sudah tertunda lebih dari 2 tahun dan hingga kini prosesnya masih tertahan di Kementerian Kesehatan. Meskipun Presiden telah memberi mandat melalui Perpres No.18/2020 dan Menko PMK sudah mengirim surat kepada Menteri Kesehatan agar menyelesaikan pembahasannya. Namun yang terjadi saat ini sebagaimana yang tertulis dalam delapankomatujuh.org mengatakan bahwa :
1. Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Produk Tembakau Bagi Kesehatan (PP109/2012) terbukti gagal melindungi anak dari adiksi rokok. Prevalensi perokok anak terus meningkat, dari 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018 (Riskesdas 2013 dan 2018).
Padahal RPJMN (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional) menargetkan pada 2019 prevalensi perokok anak harus turun menjadi 5,4%.
2. Sejatinya tujuan dari implementasi PP 109/2012 adalah untuk melindungi kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungan dari dampak zat adiktif rokok. Terjadinya kegagalan ini menunjukkan ada yang salah dan tidak berfungsi dari PP 109/2012.
3. Kegagalan PP 109/2012 dalam melindungi anak dari rokok antara lain karena iklan rokok masih diperbolehkan meskipun ada pengaturan. Hal ini menjadi celah yang dimanfaatkan industri rokok untuk beriklan yang memang menyasar anak-anak menjadi perokok baru, antara lain melalui iklan di internet, televisi, dekat sekolah dan tempat-tempat strategis lainnya.
Pelanggaran peraturan tentang sponsor rokok dengan melibatkan anak dan mencantumkan logo dan merek dagang produk rokok dibiarkan saja tanpa sanksi yang tegas. Selain itu PP 109/2012 juga gagal mencegah penjualan rokok kepada anak karena anak masih bebas membeli rokok bahkan secara ecer/batangan.
Hal-hal tersebut di atas bagai menyimpan bom waktu yang suatu saat akan meledak dan menggagalkan Indonesia menikmati bonus demografi tahun 2030 dan Indonesia emas 2045. Karena dalam 10-20 tahun mendatang perokok anak hari ini terancam sakit atau meninggal di usia produktif. Bappenas memperkirakan jika tidak ada upaya signifikan melindungi anak dari bahaya rokok, perokok anak akan mencapai 15,95% atau sekitar 15 juta anak pada tahun 2030.
Oleh karena itu, melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 -2024, Pemerintah menargetkan perokok anak turun menjadi 8,7% pada tahun 2024 dengan melakukan Revisi PP 109/ 2012 yang diamanatkan oleh Perpres No.18/2020.
Revisi PP 109/2012 meliputi pelarangan total iklan, promosi, sponsor rokok, perbesaran pencantuman peringatan bergambar bahaya merokok, pengaturan rokok elektronik, pelarangan penjualan rokok batangan dan penegakan hukum.
Revisi PP 109/2012 sudah tertunda lebih dari 2 tahun dan hingga kini prosesnya masih tertahan di Kementerian Kesehatan. Meskipun Presiden telah memberi mandat melalui Perpres No.18/2020 dan Menko PMK sudah mengirim surat kepada Menteri Kesehatan agar menyelesaikan pembahasannya.
Bagaimana jika Indonesia melarang secara total penjualan rokok? Tentu kita juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa regulasi yang ditetapkan harus adil bahwa ada banyak masyarakat yang juga hidup dari alur produksi rokok. Menurut Kemendag, akan ada banyak yang terabaikan ketika rokok betul-betul dilarang untuk dijual di Indonesia.
Oleh karena itu jalan tengah yang adil untuk darurat perokok anak ini tidak bisa dilakukan sendiri oleh Pemerintah melalui regulasinya. Namun kita juga harus berperan aktif, memberikan edukasi dari rumah, kerjasama dengan sekolah, serta lingkungan sekitar. Agar anak-anak kita ini terlindungi dari bahayanya. Bahkan media massa pun memiliki andil penting untuk ini. Termasuk kita, momblogger yang punya banyak pembaca bukan?
Yuk kita dukung Menteri Kesehatan segera menyelesaikan revisi PP 109/2012 untuk selamatkan anak Indonesia, jangan sampai kita kehabisan waktu. Jangan sampai bonus demografi hanya menjadi cerita tanpa karya, prestasi, dan perbaikan untuk negeri ini.
PP 109 telah terbukti gagal melindungi anak. Prevalensi perokok anak terus meningkat dan pada masa pandemi Covid-19 anak-anak semakin rentan menjadi perokok pemula dan perokok pasif. Mengapa rentan? Karena konsumsi rokok adalah sebab penularan dan penyebaran terbesar Covid-19. Ketika tangan akan sering bersentuhan dengan bibir dan paru-paru perokok lebih rentan terpapar COVID-19.
Selain itu daerah yang tingkat perokoknya tinggi juga merupakan daerah yang tingkat kasus covid tinggi (PolicyBrief, Komnas PT), dan Pembelajaran Jarak Jauh yang dilaksanakan selama pandemi berpontensi meningkatkan perokok anak karena anak tanpa pengawasan guru dan orang tua.
Belum lagi karena adanya Regulasi PP yang lemah sehingga iklan masih saja masif di internet, juga masih beredarnya penjualan rokok batangan. Hingga akhirnya darurat rokok anak ini menyebabkan triple burden : epidemi tembakau, pandemi covid, dan munculnya produk baru yang akan menjadi memperberat beban kesehatan.
Oleh karena itulah revisi PP 109 harus segera diselesaikan untuk melindungi anak dalam situasi darurat rokok. Karena regulasi yang kuat akan mencegah peningkatan prevalensi perokok, khususnya perokok anak. Sehingga akan mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
Kita harus menyadari bahwa perlindungan dari orangtua di rumah dan guru di sekolah saja tidak cukup. Kita perlu melakukan perlindungan pada anak dari zat adiktif produk tembakau, dimana hal ini juga harus diintervensi oleh regulasi yang kuat sebagai komponen penting dalam mengubah perilaku. Revisi PP 109 akan menjadi regulasi terpenting untuk mencapai target penurunan prevalensi perokok anak sesuai mandat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020– 2024.
Yuk teman-teman bisa yuk kita dukung Menteri Kesehatan segera menyelesaikan revisi PP 109/2012 untuk selamatkan anak Indonesia. Jangan sampai kita kehabisan waktu. Indonesia Darurat Perokok Anak harus segera diatasi!
Referensi :
delapankomatujuh.org
webinar Darurat Perokok Anak bersama Yayasan Lentera Anak dan @fctcindonesia
detikhealth.com/bahaya-perokok-pasif
67 Komentar. Leave new
Rokok elektrik tetap berbahaya bagi pemakainya. Bedanya dengan rokok konvensional cuma asapnya enggak membahayakan orang di sekitarnya.
Betul mbaa
Wah keren, mbak relawan penanganan TBC juga ya?
Tapi bener deh kalau Indonesia darurat perokok anak dan ini sangat meersahkan. Ini apa kecolongan pendampingan ortu apa gimana ya?
Iyaa setahun lalu sempet aktif di TB Care, jadi sedikit banyak pahamlah gimana gejala, cara pengobatan, pencegahan biar ngga kena TB
Lebih baik mencegah daripada mengobati yaa..
Karena kalau sudah terlanjur jadi TBC, paru-parunya gak bisa kembali ke kondisi sehat.
Memang miris banget sih. Apalagi di sekitar rumahku. Anak-anak SD sudah akrab banget sama rokok. Kalau nggak dibolehin sama orang tuanya mereka malah sembunyi-sembunyi. Sedih.
Gitu ya kak Yuni? Jadi ini sebenernya masalah nasional yaa, karena sepertinya ngga hanya di satu daerah tertentu ajaa perokok anak itu
Kalau udah bahas bahaya rokok, saya rasanya udah emosi aja. Apalagi mendapati fakta bahwa anak-anak sekarang makin banyak yang jadi perokok aktif. Perokok pasif aja udah bahaya, apalagi perokok aktif. Duh… Miriiiis
Memang PR bersama sih urusan rokok ini, regulasinya masih abu-abu. Semoga ke depannya peraturan tentang merokok bisa lebih tegas lagi
Aamiin, harapan yang sama untuk segera merevisi peraturan soal iklan rokok ya mba
Ya Allah ngeri lindungi anak cucuku ya Allah…
Aku tuh alergi asep rokok tapi keluargaku 3 kakak n bapak perokok parah, mertua juga parah untung ponakan cowok ga merokok.
Semoga anak2ku kelak gak merokok juga soale deg2an dg pergaulan sekarang yaa..
Sama kak, aku juga alergi bangett asap rokok, adik-adiknya ibuku yg cowo semua pada ngerokok :((
jadi inget pengalamanku kemarinmakan soto di salah satu warung langganan. eh ada yang ngerokok donk, dengan enaknya habis makan sebal sebul padahal aku dah pasang gestur gak nyaman. emang ruang terbuka sih tapi lho aku bawa dua balita hiks sedih banget deh sama para perokok.
eh lebih gemes saat lihat anak2 berseragam ternayat juga merokok ya ampun
Nah bener banget mbaa, mereka udah terang2an gitu bahkan ngerokok di dalam lingkungan sekolah. Ntr kalo gurunya nyampering rokoknya baru dimatiin
Bahaya banget perokok anak ini
Aku sendiri selalu kesel tiap lihat anak-anak merokok
Duh, nggak banget gitu
Jangankan anak2, udah bapak2 pun aki kesel mbak.
Karena kita secara tirka langsung udajh jadi perokok pasif dan itu aja berbahaya lho
Semoga aturan yang direvisi dapat ditegakkan sehingga terasa manfaatnya di masyarakat..
Semoga anak anakku tetlindung dari bahaya merokok ini..
aamiin iyaa mba demi masa depan anak2 kita
Akutu jadi tahu anak zaman sekarang karena nonton podkes Deddy sampai ngliatin banyak hal yang viral. Bahwa anak zaman sekarang lekat dengan bullying kalau mereka gak keren, gak ngerokok, salah satu syarat “keren” ini.
Jadi ada yaa.. anak yang gak ngerokok, cuma ngantungin vape aja di leher, biar keliatan slay gitu loo..
Sebegitu kerasnya pergaulan anak sekarang apalagi di kota besar.
Dan semoga dengan penguatan dari rumah, anak-anak kita terjaga dari pengaruh buruk dan gak perlu ikut-ikutan nge-tren tapi pengaruhnya buruk untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.
Nah ituu bener banget, biar dibilang keren, dibilang gaul, sbnernya lebih ke pergaulan ini sih faktor eksternal yang bikin anak2 susaaah banget untuk berhenti ngerokok
Setelah masuk ke circlenya, tentu akan lebih susah keluarnya.
Jadi lebih baik jangan berani-berani ikut-ikutan ya..
Sedih banget liat anak-anak tapi perbuatannya gak kaya anak-anak.
Sepakat banget ini. Indonesia sedang dalam fase darurat perokok anak. Kalau jaman dulu anak-anak biasa merokok dg sembunyi2, jaman sekarang malah sebaliknya. Merokok bukti eksistensi diri. Fyi, bahkan ada anak tetangga yg sudah mahir hisap vapoor padahal usia baru menginjak angka 8 tahun. So sad.
Ya Allaah, ikut prihatin mbaa T__T dalihnya situkang jual vapoor ini juga gitu ke anak2, aman aman ga kayak rokok kok, gpp… aman gundule hikss
Ternyata darurat rokok pada anak ini semakin meluas ya. Dulu awalnya saya pikir ini hanya kasus-kasus spesial di beberapa daerah, namun faktanya semakin banyak anak-anak yang terlihat dekat atau akrab dengan barang satu ini. Beralih dari rokok biasa lalu pindah ke rokok elektrik, padahal akibatnya juga sama ya Mbak. Semoga segera terbit aturan yang bisa melindungi hak semua orang untuk hidup sehat.
Sama mba, kupikir jg begitu tapi ternyata hampir di setiap daerah kita akan bisa menemui anak2 dengan rokoknyaa :((
Iya benar tidak cukup hanya dilarang oleh orangtua dan guru, tetapi anak-anak harus diberi pemahaman akan bahaya rokok yang lebih efektif.
Suka.miris lihat anak-anak yang merokok.
Aku sedih bacanyaa mbak Jii.. Jadi takut sama pergaulan anak-anak sekarang. Kok ya pas yang muncul beritanya itu yang serem-serem.
Makin lama kan anak-anak punya waktunya sendiri, nggak mungkin aku kekep terus kayak sekarang masih balita. Huhu~
Darurat banget kalo kayak gitu ceritanya. Semoga Allah jaga anak-anak kita dari semua pengaruh buruk lingkungan..
Bener mbaa, kita jg ngga mungkin menahannya, trus memonitor 24 jam, ngga mungkin :(( tantangannya skrg jauh lebih besar untuk kita ya mbaa
Anak merokok sudah jadi pemandangan biasa di lokasi tertentu, Mba Jihan, karena orang dewasa di sekitar mereka juga perokok dan permisif dengan kebiasaan anaknya. Tinggal menjaga bocil di lingkungan kita agar nggak mudah terpengaruh dengan pemandangan demikian. Kita sebagai orang dewasa pun jangan merokok, karena anak cenderung meniru
Gitu yaah mbaa? huhu emang nih.. kayak dianggap biasa lama2 takutnya jadi dinormalisasi ya mbaa
Anak merokok sudah jadi pemandangan biasa di lokasi tertentu, Mba Jihan, karena orang dewasa di sekitar mereka juga perokok dan permisif dengan kebiasaan anaknya. Tinggal menjaga bocil di lingkungan kita agar nggak mudah terpengaruh dengan pemandangan demikian. Kita sebagai orang dewasa pun jangan merokok, karena anak cenderung meniru.
Yaa Allah sedih bangeeet, diracuni sejak dini, dihancurkan sejak benih. Kemarin mbaca artikel dengan tema yang sama, namun tentang rokok elektrik, anak-anak merasa tidak bahaya, padahal rokok elektrik lebih berbahaya, sepertinya memang sedang di sasar pasar anak anak ini
Nah bener banget mbaa, iklan mereka tuh emang dimana2 katanya ngga berbahaya, padahal dalih aja sih ngga lebih aman kok daripada rokok konvensional yg biasanya itu
Menggerikan tapi entah bagaimana mereka bisa sadar. Termasuk keluarga ku masih banyak yang belum melek betapa bahayanya
Yuk semangat yuk, turut berperan aktif dalam tindakan preventif agar anak-anak tidak merokok. Karena dampaknya banyak banget negatifnya daripada positifnya..
Ini mah lingkungan sekitar anak2 yang harus diwaspadai. It takes a village to raise a child. ya kan?
Uya nih prihatin banget sama anak-anak yg ngerokok, orangtua sekalipun. Banyak banget yg dirugiin dari segi kesehatan
saya termasuk orang yang alergi dengan rokok, langsung sesak nafasnya kalau menghirup asap rokok, jujur terganggu banget dengan orang-orang yang suka merokok sembarangan di tempat umum. Kasihannya lagi kalau mereka merokok di dekat anak-anak kecil, selain ga bagus untuk mereka juga, akan ditiru oleh anak-anak tersebut. Semoga peraturan pemerintah semakin terimplementasi dengan baik menganai aturan larangan merokok di area umum
Sedih ya, Mbak Ji😔 egonya kebangetan kadang orang dewasa tu ya, kaya apa sih, hmmm jadi gemezz kan! Anak yang harusnya dilindungi eee malah dicekoki asap racun dari rokok😔
sungguh sangat miris…anak sd menjajakan rokok electric….semoga semakin bnyak orang tua dn orang-orang dewasa yang sadar akan darutat perokok…
Salah satu pemicu anak merokok itu saya rasa dari pergaulan. Saat kumpul, dan ada yang merokok, maka akan mengajak lainnya. Terus namanya anak-anak, itu ada rasa penasaran. Bahkan yang menolak ikut merokok, akan diledek, bencong lo, banci lo, anak cowok mah merokok dan lainnya.
Terus anak itu beda-beda. Kalau yang tidka kuat dicengin, akan ikut merokok. Kalau yang kuat, akan memilih pergi dan mencari teman lain.
Dan memang, Bapak yang mengetahui anaknya merokok, langsung murka. Padahal di depan anaknya dia merokok yang secara tidak langsung mengajarkan anak merokok.
bapak saya punya nadzar kalau punya anak laki laki akan berhenti merokok. makanya dari kecil saya ga punya panutan perokok. jadi saya ya gak merokok. sekarang saya pun memanuti anak saya untuk tidak merokok karena sejatinya ayah atau orang disekitarlah yang paling berdosa dalam tumbuhnya jumlah perokok anak.
Kasian banget liat anak yg ngerokok, mereka mingkin anggap itu keren tp sejatinya mudharatnya banyak sekali baik untuk diri sendiri atau orang lain
Miris sekali, ya. Beberapa tahun lalu malah sempat viral video balita merokok, sedih deh. Andai saja tak ada pabrik rokok. Huh!
miris kalau lihat berita anak-anak dibawah umur udah terbiasa dengan rokok
aku berpikir biasanya yang kayak gini dimulai dari lingkungannya, kadang orangtua juga ga perhatian sama apa yang dilakukan anak-anak dilingkungan pergaulannya
Iya miris mba, peran orang tua bener2 dibutuhkan buat mendampingi
Ingat soal rokok beneran bikin geram. Ponakan saya pernah opname, sakit paru-paru gegara bapaknya perokok berat. Sudah gitu tetap tidak kapok juga.
Aku jadi inget kejadian bbrp waktu lalu di sekolah. Ada muridku ketahuan ngerokok trus aku tanya dapat rokok dari mana? Eh, dijawab minta bapaknya. Duhh.. Ternyata di rumah mereka udah terbiasa ngerokok sambil ngopi bareng. Pantesan nasehat ku yg berbusa2 itu gak ngefek lha wong joinan ama bapake dewe
ya Allaah ini lebih miris ya mba shanti malah ortunya yg ngasih parah bangetttt
Di keluarga besarku, sudah ada dua orang yang meninggal karena rokok. Kadang sedih sih karena Ayahku sama masku masih termasuk perokok, yhaa meskipun bukan kategori berat tapi kadang2 kalau ngelihat ngerokok rasanya pengen kusiram air gitu. Soalnya emang sengeri itu sih dampaknya
Shock pas liat foto banyak anak-anak beneran ngerokok ya, bukan cuma sekadar perokok pasif 🙁 , aku pun masih punya isu sama paksu yg masih (banyak) ngerokok, mesti usaha dan rajin-rajin reminder nih buat target kurangin sampe berhenti merokok
Sedih banget ya dengan keadaan ini. Semoga angka perokok anak ini menurun
Bikin miris dengan darurat rokok ini, karena kemajuan jaman bukan menjadikan untuk lebih peduli dengan kesehatan tapi malah sebaliknya ya
Perokok anak sungguh hal yang memprihatinkan ya mbak
Semoga tidak semakin bertambah jumlahnya
Ya Allah hanya bisa mrngrlus dada. Saya termasuk oramg yang alergi dengan asap rokok. Sedih kalau ada anak belum cukup umur belum menghasilkan duit sendiri merokok.
sedih melihat semakin banyaknya perokok anak. Aku punya dua anak laki-laki dan suami yang perokok, tapi aku berharap anakku kelak tidak jadi perokok…
asli deh mba. ada masa2 di mana aku dengan terang2an menegur perokok di tempat umum.. terutama tempat makan dan ketika perokok tuh cuek aja kalau orang sebelahnya risih. sangat sangat mengganggu.. bahkan kayanya ortuku aja sampe malu wkwk
Memang miris banget perokok dilingkungan anak-anak. Di kampung aku juga ada anak-anak SD sudah merokok tapi karena pergaulan mereka yang tidak baik. Belum ditambah melihat perilaku ayahnya. Padahal bahaya rokok itu tidak hanya yang aktif tapi perokok pasif malah lebih bahaya.
Saya si berharap rokok dimusnahkan saja apa pun jenisnya.
Rokok ini memang sulit sekali untuk dihilangkan kecanduannya. Pecandunya harus benar-benar berniat untuk berhenti baru deh bisa berhenti. Padahal katanya rokok elektrik itu lebih aman ya daripada rokok biasa padahal sama saja ternyata
500 ribu itu jumlah uang yang besar loh, dan begitu gampangnya dibelikan rokok elektrik… benar-benar sudah dalam situasi darurat merokok anak…
Iya mba. Menyedihkan liat kondisi anak² zaman sekarang terutama masalah rokok. Intinya hrs pilih² pergaulan ya, dan orang tua hrs jd role model.
Akutuh suka kesel kalau ada orang dewasa merokok tapi deket anak-anak. Terus ada juga tuh yang ngajarin anak kecil merokok.
Dan sekarang, Anak-anak SD aja sudah merokok pakai rokok elektrik.
dari dulu, paling benci banget sama asap rokok, dan orang yang merokok, seperti tidak punya sopan santun 🙁 bersyukur banget hidup di keluarga anti rokok, bapak dan kakak laki-lakiku bukan perokok, dan dapat suami yang bukan perokok juga, senangnya
Untuk dapat menjadikan anak-anak jauh dari masalah rokok, terlebih menjadi perokok, memang diperlukan peran semua pihak. Harus ada contoh yang baik dari orang tua dewasa (ini ditingkat yang mikronya), dan juga peran dari pemerintah sendiri (tingkat makro). Meskipun sebenarnya pelarangan industri tembakau di Indonesia terkesan setengah-tengah. Mereka berikan label berbahaya pada bungkus rokok, tapi tetap saja mereka ambil untung dari pajak rokok, 10%. Seharusnya ada alternatif lain untuk penggerak ekonomi yang satu ini. Sesuatu yang sudah jelas sehat, dan jikapun digunakan, alangkah baiknya digunakan untuk keperluan medis dan bukan untuk rokok.
lihat ilustasinya aja udah bikin sedih lho mbak hiks, aku pribadi sangat tidak sepakat dengan rokok ini , eh malah merambah ke usia anak2
Sedih aku juga mba kalau dengar kasus perokok ini yang luar biasa parah.
Apalagi adekku nih udah mulai batuk karena rokok tapi sudah kecanduan hiks. Aku juga marah jalau dia merokok di dala. Rumah pastinya.
Baca surat dari Racun, langsung nyess banget. Tapi bener loh, anak-anak udah pada mengenal rokok, kadang mereka ingin terlihat keren karena merokok. Bahkan, rokok elektrik juga jadi salah satu jenis rokok favorit buat anak-anak, dengan kesan yang katanya keren dan gaul itu.
Ya Allah, sedih banget bacanya mbak. Realitanya gitu ya di beberapa tempat perokok anak sangat belia. Uang jajan bukan buat beli permen atau camilan tapi buat rokok. Astaghfirullah.