Mengenal psikologi marah ini juga berhubungan dengan bagaimana manajemen emosi serta sangat berhubungan juga dengan Emotional Intelligence. Membahas tentang psikologi marah bukan berarti saya jauh dari kemarahan ibu-ibu pada umumnya ketika anaknya tidak menurut, membantah, atau hal-hal lain yang akhirnya bisa membuat seorang Ibu ‘meledak’.
Saat ini, masyarakat umum justru lebih banyak mengenal emosi sebagai bentuk kemarahan mereka. Padahal emosi bukan hanya marah, melainkan terdapat juga emosi dasar yang lain. Untuk lebih mengenal tentang emosi, berikut beberapa tips yang harus dilakukan agar kita lebih mengenal psikologi marah. Jadi kita akan tahu kemana emosi ini bisa kita salurkan, tidak hanya pada ‘marah’.
Hakikat Emosi dan Psikologi Marah
Apa sebenarnya definisi dari emosi? Artinya adalah bahwa emosi merupakan sebuah reaksi penilaian negatif ataupun positif yang terjadi dengan kompleks dari saraf pada sebuah rangsangan uang kemudian bisa saja muncul dari dalam ataupun luar. Arti emosi adalah sebuah reaksi, dimana emosi ini antara lain marah, sedih, senang, terkejut, jijik dan juga takut. Dan oranglainpun akan bisa tahu bagaimana emosi kita tersebut.
Lalu, apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya emosi? Dilihat dari ilmu psikologi, emosi mempunyai tiga aspek antara lain afeksi, psikomotor atau perilaku dan juga kognitif. Ketika emosi mengarah pada kognisi, akan muncul sebuah persepsi. Jika persepsi antar seseorang berbeda maka reaksi yang timbulpun akan berbeda.
Begitu juga dengan faktor budaya individualis yang kebanyakan emosinya muncul karena dirinya sendiri, pasti berbeda dengan budaya kolektif yang muncul dan bersangkutan dengan orang lain. Sehingga akan berpengaruh pada fisiologis juga biologis di bagian otak amigdala kita yang fungsinya untuk bisa mengendalikan emosi.
Apakah teman-teman tahu tentang proses terjadinya emosi? Jika proses emosi ini tidak bisa lepas dari sensasi dan kognisi panca indera kita lalu disambung dengan adanya rangsangan dari luar dan mendapatkan sebuah informasi, maka sudah pasti akan masuk pada kognisi yang terpersepsikan. Persepsi yang terjadi antar seseorang akan berbeda sehingga reaksi yang timbul pun juga berbeda.
Itulah mengapa ada orang yang langsung marah ketika mendapatkan informasi atau rangsangan dari luar tubuhnya, ada juga yang tidak langsung merespon dengan marah. Semuanya tergantung bagaimana otak mengarahkan rangsangan tersebut ke bagian mana. Namun, itu semua bisa dilatih kok.
Perbedaan antara Emosi, Mood dan Perasaan
Mood ini adalah bagian dari sebuah emosi, jika mood kita baik, maka akan menunjukkan emosi yang baik juga, itulah kenapa mood diartikan sebagai kondisi emosional uang keadaannya bersifat sementara.
Sedangkan emosi akan berlangsung dengan lama dan sifatnya eksternal sehingga orang lain bisa lebih mengetahui rasa emosi kita. Berbeda dengan perasaan yang lebih internal dan lebih dalam, jadi hanya kita yang tau kondisi sebenarnya. Seperti saat kita tertawa belum tentu kita sedang senang, pun saat kita bersedih belum tentu kita sedang sangat sedih seperti yang dipikirkan orang lain.
Lantas, bagaimana kita bisa menciptakan sebuah regulasi emosi yang baik? Jawabannya adalah kembali pada individu itu sendiri. Karena cara mengatur emosi antar orang tentu saja berbeda-beda, jadi harus ada cara yang tepat dan baik dari individunya masing-masing. Yang terpenting adalah kognisi, kita tidak sekedar meluapkan emosi namun juga harus bisa melibatkan kognisi dan dampak yang akan terjadi.
Itulah kenapa kita perlu sekali untuk memberikan tempat bagi emosi kita. Ketika kita merasa takut, berikan ruang agar kita merasakan terkejut. Begitu pula tentang akal kita, jangan pernah melupakan aspek kognitif atau akal kita karena ini bisa berfungsi untuk kita dapat mengendalikan emosi yang terjadi.
Ketika kita lebih mengenal tentang psikologi marah, kitapun akan bisa lebih bijak ketika emosi kita memuncak. Kita akan lebih bisa berpikir yang baik sehingga tidak akan menimbulkan sesuatu yang merugikan kita dan anak kita. Dengan lebih bijak saat marah, perasaan anak akan terus terlindungi dan diapun akan lebih memahami dengan baik jika dia melakukan kesalahan. Akan lebih lega saat diberikan nasihat dan bisa menerima dengan dada yang lapang.
Ingat ya, psikologi marah bisa dilatih. Kita bisa mengatur bagaimana pesan yang sampai ke amigdala (bagian dari otak yang merespon emosi) kita. Sudah siap jadi ibu yang bahagia dan membahagiakan?
Semoga bermanfaat ya 🙂