“Musibah itu meruntuhkan keangkuhan, bukan menambah keakuan. Dan wabah itu mendekatkan pada Tuhan, bukan menjauhkan.” (Anonim)
Ada banyak tangisan, rintihan, hingga keajaiban selama dua tahun terakhir ini. Saya kehilangan seorang teman, beberapa guru yang sangat saya hormati dan sayangi, serta beberapa kerabat terdekat lain yang terenggut nyawanya sebab Pandemi.
Suami saya nyaris terancam nyawanya karena infeksi. Begitu juga dengan kakak laki-laki saya di tahun ini. Rasanya pandemi mengajarkan banyak hal pada kami. Bahwa uang, kekuasaan, jabatan, tak ada yang berarti ketika kematian berada tepat di depan kami. Kesehatanlah yang menjadi satu-satunya hal yang patut disyukuri.
Pandemi Jadi Refleksi
Ada banyak orang terbaring di ICU, UGD, hingga rumah sakit lapangan yang bersedia menukar apa saja yang dimilikinya demi kesembuhan dari virus yang belum ada obatnya ini. Benar, wabah ini mendekatkan kita pada Tuhan. Mendekatkan suami dan istri, orangtua dan anak, menantu dan mertua, semua berangkulan saling menguatkan.
Satu lagi yang ternyata belum saya persiapkan. Bagaimana jika saya harus meninggalkan anak-anak? Apa yang bisa dijadikan pegangan untuk mereka? Bagaimana jika anak-anak saya terlantar nantinya. Pandemi kemudian menyadarkan saya, memberi banyak pelajaran. Salah satunya tentang risiko kehidupan.
Ketika mengingat betapa kematian itu begitu dekat, sedekat dengan urat nadi, kemudian saya tersadar : apa sih yang sudah saya siapkan? Bagaimana dengan pendidikan anak saya nanti? Bagaimana dengan keluarga yang saya tinggalkan? Bagaimana dengan pekerjaan yang belum terselesaikan? *sempet-sempetnya mikir pekerjaan. Tapi begitulah pikiran saya saat itu.
Sejak pandemi yang terjadi dua tahun terakhir, akhirnya saya memetakan bagian mana kantong-kantong yang harus diisi, dipenuhi, dan dijadikan tumpuan ketika kami membutuhkan. Saya pun juga gemar mengumpulkan informasi bagaimana cara mengatur keuangan yang baik, mengalihkan risiko keuangan sehingga tidak terjadi kebangkrutan, hingga apa yang harus saya lakukan ketika ditinggalkan oleh pencari nafkah utama, suami saya.
Apalagi pekerjaan sampingan sebagai blogger tentu tidak bisa dijadikan acuan. Iya kalau orderan ramai, kalau sepi? Dapur ngebul darimana?
Begitulah hingga akhirnya saya sadar akan sebuah prioritas dalam mengatur keuangan.
Tidak Ada yang Abadi Maka Tentukan Prioritas Sedari Dini
Belajar dari salah seorang certified financial planner yang selalu ramah dan berkenan membagikan ilmunya secara gratis di kanal media sosial miliknya, saya pun akhirnya punya sudut pandang lain tentang prioritas keuangan dalam keluarga.
Awalnya sih saya hanya membagi kebutuhan pada tiga kelompok : kebutuhan rutin, kebutuhan darurat, dan tabungan untuk membangun rumah. Namun sejak mendengarkan banyak sekali materi mengenai financial planning, saya memahami ada bagian yang perlu direvisi.
Kalau menurut Mbak Annisa Steviani sih kurang lebih berikut urutan prioritas ketika kita ingin menjadi manusia yang merdeka finansial. Setidaknya penuhi dulu beberapa urutan prioritas berikut :
1. Kebutuhan rutin : berupa kebutuhan untuk makan, membayar listrik, membayar sekolah anak, memberi orangtua, hingga cicilan KPR termasuk ke dalam kebutuhan rutin yang menjadi prioritas pertama bagi keuangan kita. Nah kalau sudah mampu memenuhi ini semua, barulah kita bisa beralih ke kebutuhan kedua.
2. Melunasi utang : yang dimaksud oleh Mbak Annisa Steviani dalam poin ini adalah berupa hutang konsumtif. Misalnya hutang ke e-commerce, cicilan mobil, atau yang dipakai untuk sesuatu yang sebenarnya kalau kita ngga punya pun ngga apa-apa).
3. Dana darurat : yakni dana yang tidak tercover asuransi. Misalnya saja ketika pagar kita roboh karena angin kencang atau kena tabrak mobil tetangga, atau bisa juga ketika genteng rumah bocor. Nah kita perlu mengalokasikan pendapatan kita untuk dimasukkan ke dalam dana darurat.
Nah, pertanyaannya, seberapa banyak dana darurat yang harus kita sediakan nih?
Menurut Mbak Annisa, keuangan yang sehat itu kalau kita memiliki dana darurat dengan jumlah minimal 1x pengeluaran bulanan. Kalau pengeluaran bulanan kita tiga juta rupiah per bulan, maka senilai itulah dana darurat yang harus kita miliki.
Asumsinya, dana darurat itu kita gunakan ketika hal-hal tidak terduga terjadi pada kita. Misalnya ketika kehilangan pekerjaan. Dalam hal ini kalau kita punya dana darurat, kita masih bisa pegang dana untuk 1 bulan ke depan. Minimal kalau mobil harus ke bengkel kita juga ngga perlu hutang.
4. Asuransi : Inilah prioritas yang sampai saat ini belum saya pikirkan.
Ketika memiliki asuransi, setidaknya kita yakin banget kalau suami atau kita yang sakit ada yang bayarin, kita ngga ambil biaya sekolah anak, dan lain-lain. karena kalau tidak memakai asuransi, biasanya uang yang tadinya untuk sekolah anak biasanya akan terpakai ketika ada yang sakit. Dan ketika kita sakit kita tidak bisa bekerja, tidak bisa menghasilkan (apalagi untuk freelancer seperti saya). Maka penuhi dulu risikonya.
5. Investasi : Asuransi tidak sama dengan investasi. Banyak orang yang salah kaprah lho dalam hal ini. Meskipun untuk saat ini ada juga asuransi yang digabungkan dengan investasi. Namun masih banyak juga yang salah paham.
Kesalahpahaman yang paling umum ketika orang membeli asuransi adalah : tandanya kita keluar uang dan ngga balik lagi. Padahal imbal hasilnya bukan semerta-merta seperti kita berinvestasi. Asuransi tidak begitu. Uang yang kita setorkan keluarnya ya ngga full ketika kita membelinya. Asuransi adalah perlindungan. Kita membayar biaya perlindungan sebagaimana kita membayar patungan untuk keamanan sekolah anak kita.
Kapan Kita Perlu Asuransi?
Nah balik lagi nih kita ke prioritas nomor empat, yakni asuransi. Sebenarnya sudah lama sekali ingin mencari tahu soal asuransi. Cari tahu dari kedua sisi ya. Baik dari sisi konsumen maupun perusahaan asuransinya. Biar imbang gitu,
Karena kalau kita hanya mendengarkan pendapat konsumen, rasanya kok ngga adil ya. Siapa tahu memang konsumennya salah pesan barang, atau tidak membaca syarat dan ketentuan pembelian. Bisa jadi kan? Karena banyak banget nih ketika saya dulu punya usaha online, harga yang sudah jelas terpampang nyata di poster pun masih ditanyakan lho.
Jadi saya yakin, ketika ada isu bahwa asuransi itu ngga ada yang bener, tipu-tipu, atau hal-hal buruk lainnya, hal tersebut kemungkinan karena ada kesalahpahaman. Atau karena nila setitik rusa susu sebelanga. Padahal tidak semua perusahaan asuransi bereputasi buruk. Caranya ya dengan mencari tahu sebanyak-banyaknya, membuka diri untuk mengetahui lebih banyak hal perkara asuransi.
Balik lagi, Kapan kita perlu beli asuransi? Karena kita melindungi sesuatu yang tidak terduga, meskipun kita sudah kaya, uang banyak, asuransi juga dibutuhkan dong ibu-ibu. Lebih tepat beli asuransi ya ketika sudah bisa nabung, sudah bisa mengalokasikan dana darurat. Barulah ketika masih ada dana yang bisa dialokasikan untuk perlindungan, saat itulah menjadi momen yang tepat untuk membeli asuransi.
Aku udah punya tabungan nih, jadi asuransi ngga perlu-perlu banget kan?
Jadi sebenarnya kalau kata pakar financial planner, tidak bisa saling menggantikan antara tabungan dan asuransi. Karena fungsinya keduanya saja sudah berbeda. Lalu mungkin tabungan kita belum sampai untuk mengcover sakitnya kita. Asuransi ini kan sifatnya bergotong royong (terlebih yang syariah). Kita beli perlindungan ke perusahaan asuransi, lalu kalau kita sampai ngga sakit atau meninggal dunia, uangnya kemana? Uangnya dipakai untuk orang yang sakit dan meninggal dunia lainnya juga.
Jadi saya pikir sih, tak ada ruginya. Kalau masih punya prinsip untung rugi ketika ikut asuransi, nampaknya kita belum siap dengan pengalihan risiko keuangan pada perusahaan asuransi. Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, bahwa setiap kehidupan pasti ada risiko bangkrut, risiko sakit, risiko meninggal dunia, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah asuransi ada untuk mengcover semua itu.
Pentingnya Memiliki Jaminan Masa Tua dengan #AsuransiLifepal
Saya selalu membayangkan menghabiskan masa-masa tua bersama suami tercinta tanpa memikirkan pekerjaan yang menumpuk dari hari ke hari. Tanpa memikirkan risiko keuangan juga. Entah itu risiko keuangan karena sakit keras, karena ditinggal pemberi nafkah utama, atau karena telah purna tugas di tempat kerja.
Oleh karena itu setelah banyak belajar tentang financial planning bersama salah seorang selebgram Mbak Annisa Steviani, seorang certified financial planner, saya jadi punya pandangan untuk memiliki dana pensiun. Dana yang kita persiapkan mulai sekarang untuk masa tua yang manis kelak.
Apalagi di tengah kondisi pandemi seperti ini, saya semakin yakin dana pensiun dari kantor bisa saja tidak bisa diberikan karena kebangkrutan. Kalau lihat di berbagai macam lini masa, sudah ada berapa perusahaan yang gulung tikar? Meskipun suami saya bekerja di rumah sakit, tetap saja saya harus mempersiapkan kemungkinan terburuk dengan tidak menggantungkan dana pensiun dari kantor ketika kami menua nantinya.
Menjalani Masa Tua yang Asyik dengan Pensiun Asyik Bersama #AsuransiLifepal
Pensiun yang asyik adalah pensiun yang merdeka secara finansial dan tidak menjadi beban anak maupun cucu. Makan hari ini ada, mau jalan-jalan besok pun ada dananya. Jadi semua bisa kita atasi sendiri meskipun sudah purna tugas dari pekerjaan.
Siapa coba yang tidak mau memiliki masa-masa tua yang asyik? Kalau teman-teman pernah lihat film karya Ernest Prakasa, Cek Toko Sebelah, kita bisa melihat bagaimana asyiknya masa tua dari Kokoh, seorang pensiunan pedagang besar yang mewariskan pada anaknya toko besar miliknya.
Tentu Kokoh sudah punya dana pensiun yang dipersiapkan jauh hari. Kalau tidak, tentu dia tidak akan bisa berjalan-jalan keliling Indonesia dan menghabiskan masa tuanya dengan asyik sebagaimana yang telah dilakukannya dalam film tersebut.
Itulah yang saya bayangkan kemudian. Wah saya juga harus punya nih dana pensiun. Mumpung masih umur 30 kan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Bagaimana Mempersiapkan Dana Pensiun dari Asuransi Lifepal?
Untuk mempersiapkan dana pensiun, kita harus punya perencanaan keuangan terlebih dahulu. Semata untuk menghitung rasio antara investasi dengan kekayaan bersih yang kita miliki. Amannya nih, nilai perbandingan antara investasi dan kekayaan bersih itu 50% lebih, dan jika sampai di angka ini tandanya jumlah investasi kita sudah cukup sehat.
Semakin dekat dengan masa pensiun, nilai rasio ini harus makin besar karena inflasi merupakan suatu hal yang tentu tidak bisa kita hindari.
Oleh karena itu mumpung masih muda dan produktif, manfaatkan waktu yang ada untuk mengumpulkan aset dan dana pensiun supaya masa tua lebih aman dan tentram ya. Berikut beberapa hal yang perlu kita perhatikan :
1. Menghitung Kebutuhan
Mencari tahu kebutuhan masa pensiun adalah hal yang wajib kita lakukan. Karena dari kebutuhan inilah akan muncul berapa jumlah pengeluaran kita nanti. Perhitungan yang dilakukan pun sebaiknya sedetail mungkin. Berapa yang dibutuhkan untuk kebutuhan pokok seperti biaya makan, transportasi, listrik, air, perawatan hunian, dan sebagainya. Hitung pula berapa biaya pengeluaran yang akan dialokasikan untuk rekreasi dan hal-hal yang menyangkut gaya hidup.
Kita juga perlu selalu mengingat bahwa : untuk bisa mendapatkan kenyamanan di hari tua, kita harus memperhitungkan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi ketika sumber pendapatan telah hilang.
2. Menentukan ‘Kapan Mau Pensiun?’
Banyak orang yang memutuskan untuk pensiun di usia muda akhir-akhir ini. Termasuk saya sendiri, hehe. Namun agar tetap dapat melanjutkan hidup dengan nyaman, dibutuhkan strategi keuangan khusus lho ya.
Misalnya saja saya ingin pensiun sepuluh tahun lagi. Oleh karena itu masih ada waktu sekitar 10 tahun untuk berinvestasi guna mengumpulkan dana pensiun. Anggap saja, dengan berinvestasi menyisihkan uang Rp 1 juta per bulan di instrumen investasi dengan imbal hasil 10% per tahun. Maka dalam 10 tahun ada berapa tabungan pensiun yang bisa kita kumpulkan?
3. Cukup ngga Dana Pensiun Kita?
Hidup tenang dan nyaman di hari tua, sudah menjadi dambaan setiap orang. Oleh karena itu sejak muda sebenarnya kita perlu mempersiapkan masa pensiun yang matang. Kenapa? Karena persiapan pensiun bukan gimana nanti, melainkan nanti gimana.
Bagi kaum pekerja, salah satu andalan dalam mempersiapkan masa pensiun adalah dana pensiun dari tempat bekerja. Karena merasa telah “dipersiapkan” oleh perusahaan tempat bekerja, banyak dari kita yang merasa tak perlu memiliki tabungan lain untuk masa pensiun nanti. Padahal, kemungkinan program dana pensiun dari perusahaan saja tidak cukup karena perusahaan tentu tidak tau persis apa saja yang kita butuhkan di masa pensiun nanti.
Oleh sebab itu kita sendiri perlu perhitungan finansial yang matang sejak awal. Salah satunya dengan membeli asuransi. Inilah yang menjadi salah satu tujuan saya saat ini. Sebelum berinvestasi ada baiknya saya membeli asuransi kesehatan terbaik atau asuransi jiwa yang dapat saya jadikan sandaran ketika membutuhkan nantinya.
Dengan begitu, masa tua pun bisa saya habiskan dengan tenang dan asyik. Yuk mulai sekarang persiapkan dana pensiunmu sendiri agar masa tua kita jadi masa tua yang menyenangkan 🙂
Mengapa Asuransi Lifepal?
Lifepal sebagai perusahaan online marketplace asuransi di Indonesia, dapat membantu nasabah membandingkan dan beli polis asuransi secara online. Melalui situs resmi Lifepal.co.id, teman-teman bisa dengan mudah memilih dan membeli produk asuransi secara transparan, sesuai kebutuhan dengan premi bersahabat.
Lifepal telah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk menghadirkan pilihan produk asuransi kesehatan, asuransi jiwa (termasuk bisa digunakan untuk asuransi pendidikan), asuransi motor, dan asuransi mobil terbaik serta asuransi syariah. Adapun polis yang tersedia mencakup plan individu, keluarga, dan perusahaan.
Beli asuransi online menjadi pilihan praktis yang dapat memudahkan teman-teman dalam melindungi diri dan keluarga secara finansial. Sebab, situs asuransi online memungkinkan nasabahnya untuk mengukur kebutuhan dan anggaran, dengan cara membandingkan 500+ pilihan polis dari perusahaan asuransi yang ada di Indonesia. Cukup gunakan smartphone, nasabah dapat daftar asuransi online kapan saja, bahkan dari rumah.
Berikut ini beberapa keuntungan yang bisa diperoleh:
- Membandingkan Asuransi : Misalnya, asuransi mobil terbagi menjadi asuransi all risk dan asuransi TLO yang mana kedua pilihan ini memiliki manfaat pertanggungan yang berbeda. Nah, Lifepal akan membantu untuk memilihkan jenis asuransi yang tepat sesuai kebutuhan nasabah.
- Membandingkan Polis : Platform marketplace asuransi Lifepal dapat membantu nasabah dalam membandingkan polis secara online. Dengan cara ini, kita dapat membuat keputusan tepat dan memilih manfaat polis yang benar-benar sesuai kebutuhan. Selain itu, nasabah juga dapat membandingkan manfaat polis, premi, hingga pengecualian klaim dari berbagai perusahaan asuransi sekaligus.
- Menghemat Waktu : Di era yang serba cepat ini, membeli asuransi secara offline – bertatap muka dengan agen – rasanya memang merepotkan. Alhasil, banyak yang akhirnya menunda beli asuransi karena tidak ada waktu. Hadirnya platform all-in-one asuransi online ini dapat membandingkan dan membeli asuransi yang dibutuhkan di mana dan kapan saja. Untuk dokumen pembelian polis pun semuanya dapat dilakukan secara online dalam bentuk PDF format, dan polis akan dikirimkan ke rumah nasabah.
- Keamanan Dokumen : Tidak jarang nasabah dihadapkan dengan isu kehilangan dokumen polis. Tanpa dokumen polis, tentu saja nasabah akan kesulitan dalam mengajukan klaim. Keadaan ini bisa dihindari jika kita beli polis secara online. Karena biasanya selain dikirimkan buku polis dalam bentuk hardcopy tapi juga softcopy melalui email.
- Layanan Nasabah 24×7 : Risiko kerugian bisa terjadi kapan saja. Menyadari hal itu, Lifepal sebagai marketplace asuransi online menyediakan layanan nasabah yang dapat diakses 24 jam. Artinya, jika nasabah mengalami risiko kesehatan darurat di malam hari, tim Lifepal dapat membantu nasabahnya dalam pengajuan proses klaim. Layanan konsultasi asuransi ini dapat diakses via telepon di nomor (021) 3111 6121 atau WhatsApp di 0823 3003 0027.
Mudah, aman, dan cepat kan? Yuk alihkan risiko keuangan segera pada Asuransi Lifepal!
Referensi #AsuransiLifepal :
lifepal.co.id
Youtube/Lifepal
instagram.com/annisast
4 Komentar. Leave new
Pensiun yang asyik adalah pensiun yang merdeka secara finansial dan tidak menjadi beban anak maupun cucu
Masya Allah membuatku mengingatdrakor hime townchacha yang punya masalah dg sakit gigi ya dan takut berobat karena tak punya uang.
Dan pernyataan si bu dokter yang mengatakan, “yang membuat bahagia adalah memiliki orang tua yang sehat sehingga bisa membersamai mereka sampai tua.”
Ehm, sapa sih yang ingin sakit kan ya. Apalagi sakit dalam kondisi tak ada biaya berobat. Maka asuransi memang menjadi pilihan, sebab sakit bisa datang sewaktu2 .
Tapi benr sih saat baca “kapan mulai asuransi?”
Saat sudah menyiapkan 3 kebutuhan dana prioritas di atas ya..
Makasih pencerhannya mbak..
Bener banget poin penting yang mbak ji ja akan di atas. Saya juga sering mikir, apa yang saya tinggalkan untuk anak- anak jika saya tiba tiba dipanggil Yang Kuasa. Semoga bukan hutang. Dana darurat, investasi, asuransi, saya rasa poin penting dalam mengatur keuangan ya agar pensiun tidak merepotkan anak.
Awalnya mikir mau punya asuransi / invest gmn.. aku kan ga kerja. Cuan dapat dari freelance aja. Jadi dapat pencerahan nih.
Wah saya baru dengar nama asuransi ini. Menarik juga ya jadi pengen ih