Jika ibu-ibu mendapati hasil pemantauan kondisi perkembangan anak yang mengkhawatirkan, apa yang akan ibu lakukan? Yuk kita kenali terlebih dahulu perkembangan keterlambatan pada anak.
Ketika melihat buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan mendapati banyaknya kemampuan yang tidak dimiliki anak pada rentang usianya, apa yang akan ibu lakukan? Tentunya sebagai orangtua kita boleh membuat kesimpulan : benarkah anakku mengalami keterlambatan perkembangan?
Saya pun takut bagaimana jika anak saya mengalami hambatan perkembangan pada anak? Inilah pentingnya orangtua perlu mengenal tanda bahaya (red flags) dalam mengevaluasi perkembangan anak.
Mengenali Keterlambatan Perkembangan Anak
Dokter Arifianto, Sp.A atau yang biasa dikenal dengan dokter Apin dalam bukunya menyebutkan bahwa dalam konsep perkembangan, seorang anak dapat mengalami keterlambatan pada hanya satu ranah atau domain perkembangan.
Apa artinya? Jadi kalau anak hanya memiliki keterlambatan dalam satu aspek saja, itu bisa saja terjadi. Hal itu disebut sebagai keterlambatan perkembangan umum (global development delay/GDD). Angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah lima tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.
Ibu jangan pernah merasa sendiri.
Sebenarnya penyebab GDD antara lain karena gangguan genetik atau kromosom. Seperti sindrom Down, gangguan atau infeksi susunan saraf pusat (SSP) seperti palsi serebral, spina bifida, dan sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, dan bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif, dan lainnya.
Nah, skrining perkembangan yang tepat dengan menggunakan instrumen skrining perkembangan yang benar, baik dilakukan terlebih dahulu oleh orangtua maupun dokter, dapat mendeteksi keterlambatan perkembangan pada anak sedini mungkin, sehingga kita dapat melakukan intervensi yang tepat.
Masih ingat kan dengan kisah Oki Setiana Dewi dengan anaknya? Oki memantau perkembangan sang bayi sejak dalam rahim. Tendangan yang lemah, hingga bagaimana ia ketika lahir. Beruntung Oki berkonsultasi dengan dokter di waktu yang tepat, sehingga Oki masih belum terlambat untuk melakukan intervensi pada anaknya yang dideteksi memiliki keterlambatan perkembangan.
Apa Perbedaan Keterlambatan Perkembangan dan Retardasi Mental?
Masih dengan Dokter Apin dalam bukunya,
Istilah keterlambatan perkembangan umum (GDD) dapat digunakan untuk anak berusia di bawah lima tahun. Sedangkan retardasi mental umumnya dipakai untuk anak yang lebih tua, yaitu berdasarkan tes IQ. Anak dengan gangguan perkembangan umum tidak selalu mengalami retardasi mental di kemudian hari. Saat ini istilah RM sudah digantikan menjadi disabilitas intelektual (intellectual disability).
Bagaimana cara memantau keterlambatan perkembangan pada anak ini?
Selain menggunakan buku KIa, orangtua dapat mengenal tanda bahaya (red flags) perkembangan anak yang sederhana. Jika orangtua menemukan salah satu tanda bahaya tersebut, sebaiknya jangan diabaikan dan jangan menunda. Segeralah memeriksakan anak ke tenaga kesehatan terdekat.
Berikut ciri-ciri anak yang mengalami gangguan perkembangan baik perkembangan motoriknya, kognitif maupun bahasanya.
Tanda Bahaya Keterlambatan Perkembangan Anak di Ranah Gerak/Motorik Kasar
- Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang, misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.
- Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan
- Hiper/hipotonia atau gangguan tonus otot
- Hiper/hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
- Adanya gerakan yang tidak terkontrol
Tanda Bahaya Gangguan Gerak/Motorik Halus
- Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
- Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
- Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke mulut) masih sangat dominan setelah usia 14 bulan
- Perhatian penglihatan yang inkonsisten
Tanda Bahaya Keterlembatan Perkembangan Anak dalam Hal Bicara dan Bahasa (Ekspresif dalam Mengungkapkan Maksud)
- Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan
- Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
- Orangtua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan
Tanda Bahaya Bicara dan Bahasa (Reseptif)
- Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu merespons.
- Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
- Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Tanda Bahaya Keterlambatan Perkembangan Anak pada Sosio-Emosional
- Usia 6 bulan : jarang tersenyum atau menunjukkan ekspresi senang yang lain
- Usia 9 bulan : kurang bersuara dan menunjuk
- Usia 12 bulan : tidak merespons panggilan namanya
- Usia 15 bulan : belum ada kata
- Usia 18 bulan : tidak bisa bermain pura-pura
- Usia 24 bulan : belum ada gabungan dua kata yang berarti
- Segala usia : tidak adanya babbling (mengoceh dengan penggunaan huruf konsonan), bicara dan kemampuan bersosialisasi/interaksi.
Tanda Bahaya Gangguan Kognitif
- Usia 2 bulan : kurangnya fixation (mampu berdiam diri sejenak)
- Usia 4 bulan : kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
- Usia 6 bulan : belum merespons atau mencari sumber suara
- Usia 9 bulan : belum babbling seperti mama, baba
- Usia 24 bulan : belum ada kata berarti
- 36 bulan : belum dapat merangkai tiga kata
Bagaimana? Mudah-mudahan anak kita diberi perkembangan yang baik, tidak ada gangguan keterlambatan perkembangan pada anak yang berarti. Kalaupun ada, yuk dampingi anak kita. Segera konsultasikan dengan ahlinya agar anak-anak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Semoga bermanfaat ya 🙂
1 Komentar. Leave new
Misalkan sudah bisa merangkai 3 kata tetapi enggak begitu jelas dan terkadang mengulang kata yang sama apakah termasuk telat bicara ya mbak? Soalnya anakku terkadang mengulang 2 kata. Misal Nto mau mau akan (mau makan) atau ucing ucing lari buk ( kucingnya lari buk)