Mitos Seputar MPASI kerapkali masih dianggap sebagai fakta tak terbantahkan. Banyak juga perdebatan disana sini tentang MPASI. Saya sendiri termasuk ibu setengah muda dadakan (kayak tahu bulat ya) yang termasuk tidak mempercayai fakta sebelum ada data pendukungnya. Beruntung sekali beberapa waktu lalu saya mengikuti kuliah whatsapp singkat bersama dokter anak favorit emak-emak. Siapa lagi kalau bukan dokter Apin?
Peserta juga mendapat materi dari dokter Apin selain mendengarkan dialog interaktif dari pertanyaan-pertanyaan yang masuk dari emak-emak galau untuk beliau lewat whatsapp. Berikut yang bisa saya berikan untuk rangkumannya ya. Materi soal MPASI ini juga bisa teman-teman dapatkan melalui buku beliau lho.
Mitos Seputar MPASI
Beberapa orang menyebutkan ada 567 fakta tentang MPASI (dan akan sangat mungkin) bisa bertambah karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Sebagian yang ada dalam artikel ini adalah pertanyaan umum yang biasa diajukan pada dokter anak seputar MPASI. Mudah-mudahan bisa menjawab kegalauan ibu-ibu yaa..
Apa saja mitos seputar MPASI yang dimaksud?
MITOS : Berikan sumber karbohidrat saja dan tunda pemberian daging sampai usia 8-10 bulan. Tunda pemberian ikan dan telur sampai usia 1 tahun
FAKTA : Tidak ada urutan tertentu dalam pemberian MPASI. Karbohidrat, protein (daging, ayam, telur, dan ikan), sayuran dan buah-buahan dapat diberikan sejak usia 6 bulan. Penundaan pemberian ikan dan telur sampai usia satu tahun tidak berguna untuk mencegah alergi.
MITOS : Hati merupakan organ yang penuh racun, maka jangan diberikan pada bayi.
FAKTA : Hati aman diberikan pada bayi, bahkan mengandung zat besi yang dibutuhkan oleh bayi
MITOS : Kenalkan sayur dahulu, baru buah
FAKTA : Sayur dan buah dapat dikenalkan secara bersamaan. Pengenalan buah lebih dahulu tidak terbukti mempersulit penerimaan sayur.
MITOS : Jangan berikan makanan bertekstur keras, daging misalnya, pada anak yang belum tumbuh giginya.
FAKTA : Anak memiliki periode emas untuk belajar makan seperti belajar mengunyah dan menelan. Jika periode ini terlewatkan, dikhawatirkan anak akan mengalami gangguan kemampuan makan. Anak dapat mengunyah dan melumat makanan menjadi lunak tanpa gigi.
MITOS : Jangan menambahkan gula dan garam pada anak di bawah usia satu tahun.
FAKTA : Gula dan garam sebenarnya tetap boleh diberikan pada anak berusia di bawah 1 tahun, tetapi sesedikit mungkin dan seperlunya saja. Misalnya anak sedang mengalami masa susah makan atau picky eater, dan pemberian gula dan garam dapat membuatnya mau makan. Jumlahnya juga ada ketentuannya kok, jadi bukan berarti tidak boleh sama sekali.
Mitos : Apakah MPASI Pabrikan (Instan) Lebih Buruk Dibandingkan dengan MPASI Rumahan?
Inilah kesalahan yang paling sering ditemukan. Persepsi keliru tentang buruknya MPASI pabrikan/instan. Mau tahu fun fact MPASI soal ini? Yuk deh kita bahas bareng dokter Apin.
Asi adalah makanan terbaik untuk bayi fakta atau opini? Ini sudah jelas fakta ya. Namun ketika anak sudah mulai membutuhkan asupan tambahan selain ASI, maka kita juga harus siap dengan itu. Lalu muncullah berbagai macam opini tentang MPASI pabrikan versus MPASI rumahan yang dijual di pasaran.
MPASI pabrikan dianggap berbahaya karena kandungannya yang tidak organik, vitamin dan mineral yang bukan berasal dari bahan alami, dan adanya pengawet yang berbahaya bagi kesehatan bayi. Hal ini menyebabkan banyak ibu yang tidak bisa masak atau ibu bekerja memilih membeli bubur bayi sehat yang banyak dijual di pasaran.
Sebelum itu, kita harus tahu dulu bahwa tujuan utama pemberian MPASI adalah untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada bayi. Zat gizi terdiri dari makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral. Mikronutrien seperti besi, seng, kalsium, tembaga dan yodium sangat berperan dalam perkembangan otak (kecerdasan), daya tahan tubuh, serta penambahan berat dan tinggi bayi harus didapatkan dalam jumlah cukup di dalam MPASI.
Lalu, Apakah MPASI Instan Mengandung Pengawet?
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI sudah mengatur bahwa dalam bahan pengawet tidak boleh ditambahkan dalam makanan bayi. Yaitu dalam peraturan nomor 1 tahun 2018 tentang Pengawasan Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus. Peraturan ini memberikan uraian persyaratan bahan, mutu, keamanan, dan pelabelan MPASI pokok dan MPASI kudapan/camilan (seperti biskuit, pudding, dan yoghurt).
Bahan tambahan yang boleh diberikan adalah minyak, lemak, gula, sirup gula, garam, sayuran, buah, dan atau rempah. Makanan pendamping ASI instan juga harus memenuhi syarat kandungan nutrisi lengkap berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Lalu bagaimana caranya MPASI instan tersebut bisa awet dalam kemasan sampai berbulan-bulan? Teknologi freeze dry atau pengeringan seluruh bahan baku sebelum diolah memungkinkannya. Sebelumnya, sayur, buah, dan daging yang digunakan dalam MPASI ini diolah dengan teknik penepungan (milling), yaitu menghaluskan bahan makanan hingga menjadi tepung/bubuk.
Apabila ada rasa ikan dalam makanan tersebut, artinya memang berasal dari ikan asli.
Selain MPASI instan, ada beberapa produk makanan yang juga digunakan untuk membuat MPASI, misalnya margarin, mentega, pasta, dan berbagai produk olahan daging yang mungkin menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) pengawet, seperti asam sorbat dan garamnya, azam benzoate dan garamnya, nitrit, nisin, dan lain-lain.
Penggunaannya pun telah diatur oleh Peraturan BPOM RI Nomor 36 tahun 2013 tentang “Batas Maksimum Penggunaan BTP Pengawet”.
Kesimpulannya : MPASI Instan dalam kemasan yang sudah mencantumkan nomor izin edar dari BPOM RI aman dikonsumsi dan diproses mengikuti aturan yang ditentukan.
Gimana Bu Ibu? Insya Allah sudah terjawab ya berbagai macam mitos yang pernah kita dengar ini? Beberapa mungkin ada yang benar dan sudah ada pembuktian secara ilmiahnya. Meskipun banyak juga yang ternyata tidak terbukti benar.
Saran saya sih soal mitos-mitos gitu lebih baik didengarkan saja, jangan sampai diambil hati dan melukai kita yang sudah berada di track yang benar. Kerapkali ibu-ibu merasa tidak nyaman karena mitos-mitos tersebut memang digaungkan oleh generasi eyang uti yang dulunya masih belum ada penelitian yang membuktikan kebenarannya.
Yang penting mah kalau saya pemberian makanan secara bertahap pada bayi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kalau sudah memenuhi standar gizi dan pertumbuhannya sesuai grafik pertumbuhan yang ada di kartu sehat, ya berarti sudah cukup.
Semoga bermanfaat ya Bu-Ibu 🙂