Dalam pembelajaran Montessori PAUD maupun anak-anak usia dini, perlu kita perhatikan tentang stimulasi motorik. Meskipun kompleks karena berkaitan dengan semua gerakan yang terkoordinasi di tubuh anak, namun bukan berarti kita mengacuhkannya. Justru stimulasi motorik inilah yang akan menunjukkan seberapa jauh pertumbuhan dan perkembangannya.
Yuk simak bagaimana stimulasi motorik dalam model pembelajaran Montessori anak usia dini maupun PAUD.
Stimulasi Motorik “Children House” dalam Pembelajaran Montessori
Sebagaimana yang telah disebutkan bahwa stimulasi motorik ini sangat kompleks. Karena berkaitan dengan semua gerakan yang terkoordinasi di tubuh anak. Anak-anak mencapai tahapan ini selama proses perkembangan fisiologis sebagai makhluk hidup. Jika tidak distimulasi, anak-anak akan bergerak tidak teratur, dan ketidakteraturan ini merupakan karakteristik unik anak kecil.
Mereka jadi tidak bisa diam dan suka memegang-megang segala macam. Karakteristik inilah yang kemudian membentuk label “biang kerok/susah diatur” atau “anak nakal”.
Orang dewasa mungkin akan berusaha menghentikan anak dengan mengatakan, “Tolong diam ya dek,” secara berulang-ulang. Termasuk saya. Tetapi akhirnya sia-sia. Menurut Maria Montessori :
Sebenarnya dalam gerakan-gerakannya, anak-anak sedang mencari, memilih, dan menguji gerakan seperti apa saja yang akan berguna bagi dirinya sebagai manusia.
Karena itu, kita sebagai orang dewasa harus bisa menghindar dari dorongan yang sia-sia untuk menahan gerak anak agar mereka diam. Kita seharusnya justru “menyuruh” mereka bergerak, mengarahkan mereka untuk melakukan berbagai aksi yang akan mengantarkan anak-anak menuju apa yang ingin mereka tuju. Inilah tujuan dari stimulasi motorik pada usia dini.
Ketika arahan diberikan, anak-anak akan bergerak menuju satu tujuan sehingga mereka pun akan tumbuh dengan tenang dan puas akan diri mereka sendiri. Mereka akan menjadi pekerja yang aktif, tenang, dan riang. Stimulasi motorik ini adalah salah satu faktor utama pembentuk kedisiplinan yang akan ditemukan di Children House.
Stimulasi otot atau gerakan yang merujuk pada :
- gerakan utama dalam kehidupan sehari-hari (berjalan, berdiri, duduk, memegang benda-benda);
- kemampuan merawat diri
- kemampuan merawat lingkungan sekitar
- berkebun
- stimulasi seni dan kreativitas
- latihan koordinasi tubuh; dan
- gerakan berirama
Mari saya tuliskan bagaimana stimulasi motorik tersebut di atas dijabarkan oleh Maria Montessori dalam Pembelajaran Montessori.
Kemampuan Merawat Diri dalam Pembelajaran Montessori
Ada serangkaian alat ajar didaktik berbentuk pigura-pigura yang ditempeli potongan kain, kulit, dan lain-lain. Potongan kain ini bisa disayukan dengan kancing, pengait, atau diikat. Intinya mengikuti cara-cara kita dalam mengencangkan pakaian, sepatu, dan sebagainya. Guru akan duduk di samping anak, menunjukkan gerakan jemari yang diperlukan dengan sangat perlahan, tahap demi tahap, sehingga anak-anak dapat mengamatinya dengan jelas dan seksama.
Kita bisa menggunakan pigura yang dipasangi kain dengan kancing sebagai media Montessori. Aktivitas ini akan membuat anak-anak senang selama pembelajaran Montessori dan mungkin akan menolak ketika orang dewasa menghampiri dan ingin membantunya.
Kemampuan Merawat Lingkungan Sekitar dalam Pembelajaran Montessori
Ketika mengajari anak gerakan dan pekerjaan seperti mencuci, menata meja makan, atau yang sejenisnya, kita harus menjelaskan langkah kerjanya dengan sangat jelas dan tepat. Bagaimana cara duduk, berdiri dari tempat duduk, mengambil dan meletakkan benda-benda, dan menawarkan benda itu dengan sopan pada orang lain.
Dalam hal ini Maria Montessori menggaribawahi :
Tidak perlu memberi mereka terlalu banyak instruksi untuk melakukan sesuatu secara bergiliran karena anak akan memahaminya secara spontan lewat apa yang kita contohkan.
Bahkan yang baru berusia 2,5 tahun seperti Caca pun, saya tidak perlu mengajarinya dengan bahasa verbal. Saya seringkali terenyuh ketika melihat Caca begitu bersemangat membantu saya menjemur baju-bajunya, baju saya dan baju Bapaknya. Caca berusaha untuk menirukan bagaimana saya menjemur baju dan mengingat apa yang saya ajarkan padanya. Lalu akhirnya menguasai setiap pekerjaan dengan kerumitan masing-masing.
Karena itu,
Instruksi dari kita orangtua maupun guru, seharusnya hanya berisi petunjuk, sekadar sentuhan kecil, tetapi cukup bagi anak untuk memulai pekerjaannya.
Sisanya anak akan mengembangkannya sendiri. Caca juga sering menirukan saya mencuci muka, melap muka dengan tissue ketika makan belepotan, hingga menyapu bahkan ketika saya tidak memintanya. Ia melakukannya sendiri secara berulang.
Berkebun
Berkebun adalah salah satu model Montessori yang sangat menyenangkan bagi anak-anak. Berkebun sendiri telah banyak dikenal sebagai bagian penting dalam pendidikan anak usia dini karena semua orang tahu bahwa anak-anak sangat tertarik pada tumbuhan dan hewan sehingga mereka akan berminat untuk merawat dan menjaganya.
Stimulasi Seni dan Kreativitas
Untuk pekerjaan tangan atau hasta karya, memilih media tanah liat (cloy) bisa dibuat dengan bantuan alat sederhana. Misalnya cetakan. Dalam hal ini Caca biasanya menggunakan playdoh. Ia senang sekali membuat berbagai macam bentuk hewan, perlengkapan rumah dengan cetakan yang bisa kita dapatkan dari set mainan playdoh.
Latihan Koordinasi Tubuh dalam Pembelajaran Montessori
Untuk bidang olahraga dan senam, salah satu yang paling penting untuk ajang belajar anak-anak dalam pembelajaran Montessori adalah “latihan garis”. Garis yang dimaksud bisa dibuat menggunakan kapur atau cat di atas lantai yang luas. Garisnya pun tidak hanya satu, tetapi bisa saja ada dua garis melingkar atau elips.
Anak-anak diajarkan cara berjalan mengikuti garis seolah-olah sedang berjalan di atas tali, dengan meletakkan satu kaki di depan kaki yang lain. Mereka harus menjaga keseimbangan persis seperti ketika berjalan di atas tali sungguhan, hanya saja tanpa faktor bahaya yang dipertimbangkan karena garisnya hanya digambar di atas lantai.
Pendamping akan mencontohkan terlebih dahulu, memperlihatkan bagaimana dia meletakkan kakinya satu demi satu, lalu anak-anak akan menirukannya tanpa perlu banyak instruksi. Mungkin awalnya hanya akan ada beberapa anak yang mengikuti di belakang sang pendamping/guru, dan ketika dia sudah selesai menunjukkan caranya, maka guru itu akan meninggalkan garis dan membiarkan kegiatan itu berkembang dengan sendirinya.
Gerakan Berirama
Tahapan selanjutnya dalam melatih stimulus sensorik dalam pembelajaran Montessori dengan melibatkan musik. Di sebuah sekolah Montessori di Washington, anak-anak bernyanyi sambil beraktivitas atau bermain menggunakan bahan ajar Montessori. Biasanya mereka akan merasakan irama musik dan dengan sendirinya menambahkan gerakan maupun kaki sesuai dengan kehendak mereka.